PRIMA WIYATA HEALTH
https://e-journal.shj.ac.id/ojs/index.php/PWH
<p>Publikasi ilmiah hasil penelitian civitas akademika dalam bidang kesehatan (keperawatan, kebidanan, farmasi dan ilmu kesehatan lainnya)</p>LPPM STIKES HUSADA JOMBANGid-IDPRIMA WIYATA HEALTH2716-1706PENGARUH BERMAIN LEMPAR TANGKAP BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK A TK MUSLIMAT TUNAS HARAPAN MOJOAGUNG JOMBANG
https://e-journal.shj.ac.id/ojs/index.php/PWH/article/view/88
<p>Perkembangan motorik kasar merupakan kemampuan gerak tubuh yang melibatkan kontraksi otot-otot besar pada anak. Motorik kasar dapat berkembang dengan baik jika sering diberikan stimulus salah satunya dengan permainan lempar tangkap bola. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh bermain lempar tangkap bola terhadap perkembangan motorik kasar anak kelompok A TK Muslimat Tunas Harapan Mojoagung Jombang. Penelitian ini menggunakan desain <em>Pre- Eksperimen </em>dengan rancangan <em>One-Group Pretest – Posttest </em>dengan teknik sampling <em>Total Sampling. </em>Sehingga didapatkan sampel 22 sampel. Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberikan terapi lempar tangkap bola kemampuan motorik kasar responden dengan kategori BSB (Berkembang Sangat Baik) sebanyak 2 responden (9.1%). Mayoritas responden setelah diberikan terapi lempar tangkap bola kemampuan motorik kasar responden dengan kategori BSB sebanyak</p> <p>10 responden (45.5%). Berdasarkan hasil <em>Uji Wilcoxon </em>didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,001 < <em>ɑ </em>(0,05), maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada Pengaruh Bermain Lempar Dan Tangkap Bola Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Kelompok A Pemberian stimulasi kemampuan motorik kasar anak sejak dini sangat diperlukan karena dapat meningkatkan gerak fisik anak bagi pertumbuhan selanjutnya. Diharapkan dengan pemberian permainan lempar tangkap bola dapat dijadikan salah satu terapi alternatif motorik kasar pada anak.</p>Aditya Nuraminudin AzizSylvie PuspitaFirda Mila Turah Manur Saadah
Hak Cipta (c) 2025 Aditya Nuraminudin Aziz, Sylvie Puspita, Firda Mila Turah Manur Saadah
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2025-07-202025-07-2062566310.60050/pwh.v6i2.88HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PENGGUNA MOBILE JKN PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD OTANAHA TAHUN 2025
https://e-journal.shj.ac.id/ojs/index.php/PWH/article/view/96
<p><strong>Latar Belakang:</strong> Transformasi digital dalam layanan kesehatan masyarakat telah mendorong pengembangan aplikasi Mobile JKN oleh BPJS Kesehatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akses, efisiensi, dan kualitas layanan rawat jalan. Namun, implementasinya masih menghadapi tantangan terkait keandalan sistem, kesiapan pengguna, dan kinerja layanan, terutama di rumah sakit daerah.</p> <p><strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara dimensi kualitas layanan (efisiensi, pemenuhan, dan ketersediaan sistem) dengan kepuasan pasien terhadap penggunaan aplikasi Mobile JKN pada pasien rawat jalan di RSUD Otanaha, Gorontalo.<br /><strong>Metode:</strong> Penelitian analitik kuantitatif dengan desain potong lintang dilakukan pada bulan April 2025. Sebanyak 97 responden dipilih menggunakan accidental sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur berdasarkan model E-S-QUAL yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data meliputi statistik deskriptif dan korelasi Spearman menggunakan SPSS.<br /><strong>Hasil:</strong> Mayoritas responden menilai layanan Mobile JKN “kurang baik” dalam hal efisiensi (35,1%) dan ketersediaan sistem (41,2%), sementara 48,5% menyatakan “kurang puas” secara keseluruhan. Hasil korelasi menunjukkan hubungan yang kuat, positif, dan signifikan antara efisiensi (r = 0,748), pemenuhan (r = 0,624), ketersediaan sistem (r = 0,739), dan kepuasan pasien (p = 0,000). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pasien lansia dengan literasi digital yang lebih rendah mengalami lebih banyak kesulitan dalam menggunakan aplikasi.<br /><strong>Kesimpulan:</strong> Kualitas layanan kesehatan digital, terutama dalam hal efisiensi dan ketersediaan sistem, secara signifikan memengaruhi kepuasan pasien. Intervensi edukasi yang terarah dan dukungan pengguna sangat penting untuk memastikan akses yang adil terhadap teknologi kesehatan di antara kelompok rentan seperti lansia.</p>Mohamad Firmansyah YunusMoh Ichsan Arifin AntuMerlin Abd Rahman
Hak Cipta (c) 2025 Mohamad Firmansyah Yunus, Moh Ichsan Arifin Antu, Merlin Abd Rahman
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2025-07-202025-07-2062647110.60050/pwh.v6i2.96HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN RAWAT JALAN DENGAN PENGGUNAAN APLIKASI MOBILE JKN DI RSUD OTANAHA
https://e-journal.shj.ac.id/ojs/index.php/PWH/article/view/97
<p><strong>Latar Belakang:</strong> Aplikasi Mobile JKN merupakan inovasi digital dari BPJS Kesehatan yang dirancang untuk mempermudah akses masyarakat terhadap sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Namun, adopsinya masih terbatas, sebagian disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pasien mengenai fungsi dan penggunaan aplikasi tersebut.</p> <p><strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara tingkat pengetahuan pasien rawat jalan dengan penggunaan aplikasi Mobile JKN di RSUD Otanaha pada tahun 2025.</p> <p><strong>Metode:</strong> Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain potong lintang. Sebanyak 97 pasien rawat jalan dipilih menggunakan rumus Slovin dan teknik accidental sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur yang terdiri dari lima indikator: tahu, pemahaman, penerapan, ekspektasi upaya, dan ekspektasi kinerja. Analisis statistik meliputi deskripsi univariat dan korelasi Pearson untuk menilai hubungan antara pengetahuan dan penggunaan Mobile JKN.</p> <p><strong>Hasil:</strong> Penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagian besar responden menilai efisiensi aplikasi Mobile JKN (35,1%) dan ketersediaan sistem (41,2%) sebagai "kurang baik," sementara 48,5% menyatakan ketidakpuasan secara keseluruhan. Analisis korelasi Pearson menunjukkan hubungan yang kuat dan signifikan secara statistik antara pengetahuan pasien dan persepsi mereka terhadap kegunaan dan kinerja aplikasi. Secara spesifik, pengetahuan berkorelasi kuat dengan ekspektasi upaya (r = 0,733) dan ekspektasi kinerja (r = 0,819). Dimensi pemahaman dan aplikasi juga menunjukkan korelasi yang kuat dengan ekspektasi upaya dan kinerja (nilai r berkisar antara 0,770 hingga 0,830, p < 0,001). Pengguna lansia mengalami lebih banyak kesulitan karena literasi digital yang lebih rendah.</p> <p><strong>Kesimpulan:</strong> Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan pasien dan penggunaan aplikasi Mobile JKN. Pengetahuan memainkan peran kunci dalam mengoptimalkan pemanfaatan aplikasi. Upaya edukasi yang lebih intensif diperlukan untuk memberdayakan pasien agar menggunakan aplikasi secara mandiri sebagai bagian dari peningkatan pemberian layanan kesehatan.</p>Clara Hijra Audia HasanRiska AhmadMoh Ichsan Arifin Antu
Hak Cipta (c) 2025 Clara Hijra Audia Hasan, Riska Ahmad, Moh Ichsan Arifin Antu
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2025-07-202025-07-2062728110.60050/pwh.v6i2.97PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MANDIRI DAN PENGUASAAN KOSAKATA MAHASISWA S1 STIKES HUSADA JOMBANG
https://e-journal.shj.ac.id/ojs/index.php/PWH/article/view/85
<p><strong>Latar Belakang:</strong> Pembelajaran mandiri merupakan proses pembelajaran yang membutuhkan strategi atau metode tertentu agar dapat berjalan optimal dan dilakukan secara mandiri. Namun, siswa mengalami beberapa kesulitan belajar, salah satunya adalah penguasaan kosakata.<br /><strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang signifikan antara pembelajaran mandiri siswa dengan penguasaan kosakata.<br /><strong>Metode:</strong> Peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasi untuk menganalisis data. Partisipan penelitian adalah 37 mahasiswa keperawatan semester tujuh dari Fakultas Ilmu Kesehatan Husada Jombang. Instrumen yang digunakan adalah tes dan kuesioner. Untuk menganalisis korelasi, peneliti menggunakan interpretasi koefisien korelasi standar dengan menggunakan SPSS versi 26.0 for Windows.<br /><strong>Hasil:</strong> Temuan penelitian menunjukkan bahwa data yang ditemukan semua variabel memiliki nilai signifikan (sig.) sebesar 0,000. Kemudian, hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara pembelajaran mandiri dan penguasaan kosakata adalah 0,730. Berdasarkan hasil di atas, meskipun korelasinya tinggi, tingkat signifikansinya cukup untuk menolak hipotesis nol (Ho), yang berarti Ha diterima.<br /><strong>Kesimpulan:</strong> Dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara pembelajaran mandiri bahasa Inggris dan penguasaan kosakata.</p>Atika Nur Fadilla
Hak Cipta (c) 2025 Atika Nur Fadilla
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2025-07-202025-07-2062828910.60050/pwh.v6i2.85MAKNA DUKUNGAN SUAMI DALAM KEPATUHAN IBU HAMIL TERHADAP KONSUMSI TABLET ZAT BESI DI BPM SM SINGGOSARI
https://e-journal.shj.ac.id/ojs/index.php/PWH/article/view/87
<p><strong>Latar Belakang:</strong> Zat besi (Fe) merupakan mikronutrien esensial yang berperan dalam sintesis hemoglobin dan berperan penting dalam kesehatan ibu selama kehamilan. Kepatuhan mengonsumsi tablet zat besi masih menjadi tantangan, yang seringkali dipengaruhi oleh berbagai faktor psikososial. Di antaranya, dukungan suami diyakini memiliki pengaruh kuat terhadap kepatuhan ibu hamil terhadap suplementasi zat besi.</p> <p><strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi makna dukungan suami dalam meningkatkan kepatuhan ibu hamil terhadap konsumsi tablet zat besi di BPM SM Singgosari, Desa Jabon, Jombang.</p> <p><strong>Metode:</strong> Pendekatan kualitatif fenomenologi digunakan untuk mendapatkan wawasan mendalam tentang pengalaman ibu hamil. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi yang melibatkan ibu hamil yang menjalani perawatan antenatal di klinik kebidanan. Analisis tematik digunakan untuk mengidentifikasi pola dan makna yang muncul dari narasi partisipan.</p> <p><strong>Hasil:</strong> Temuan penelitian menunjukkan bahwa dukungan suami tidak hanya berfungsi sebagai dorongan motivasional, tetapi juga memiliki dimensi emosional dan sosial yang secara signifikan memengaruhi kesiapan ibu hamil untuk mengikuti anjuran medis. Tindakan dukungan meliputi pengingat jadwal konsumsi, memberikan kenyamanan emosional, dan mendampingi kunjungan antenatal. Keterlibatan tersebut mendorong pemahaman dan kepatuhan yang lebih kuat terhadap suplementasi zat besi.</p> <p><strong>Kesimpulan:</strong> Studi ini menyoroti peran penting dukungan suami dalam meningkatkan kepatuhan minum tablet zat besi pada ibu hamil. Temuan ini menunjukkan perlunya intervensi kesehatan yang melibatkan pasangan secara aktif, dengan menekankan pendekatan edukasi berbasis keluarga untuk meningkatkan hasil gizi ibu.</p>Eny SiswatiWarda Anil MasyayihIke KristianaIstiadah Fatmawati
Hak Cipta (c) 2025 Eny Siswati, Warda Anil Masyayih, Ike Kristiana, Istiadah Fatmawati
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2025-07-202025-07-2062909710.60050/pwh.v6i2.87ANALISIS KEBUTUHAN PETUGAS REKAM MEDIS PASCA IMPLEMENTASI REKAM MEDIS ELEKTRONIK (RME) MENGGUNAKAN METODE ABK-KES DI RSUD TOTO KABILA TAHUN 2025
https://e-journal.shj.ac.id/ojs/index.php/PWH/article/view/98
<p><strong>Latar Belakang:</strong> Metode Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK-Kes) merupakan pendekatan standar yang digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan beban kerja aktual di setiap unit fungsional. Pasca implementasi sistem Rekam Medis Elektronik (RME) di RSUD Toto Kabila, ditemukan beberapa disparitas dalam distribusi beban kerja, dengan beberapa staf, terutama di unit analisis, ditugaskan secara tumpang tindih. Kondisi ini menyebabkan inefisiensi dan ketidakseimbangan dalam penempatan sumber daya manusia.</p> <p><strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jumlah ideal tenaga rekam medis yang dibutuhkan pasca implementasi sistem Rekam Medis Elektronik (RME) di RSUD Toto Kabila pada tahun 2025 dengan menggunakan metode Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK-Kes), guna memastikan distribusi sumber daya manusia yang optimal dan efisiensi beban kerja.</p> <p><strong>Metode:</strong> Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Seluruh petugas rekam medis di RSUD Toto Kabila diikutsertakan secara total sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara terstruktur, penghitungan waktu stopwatch, dan telaah dokumen. Metode ABK-Kes diterapkan untuk menghitung volume beban kerja, waktu kerja efektif, dan waktu baku per tugas di setiap unit.</p> <p><strong>Hasil:</strong> Hasil menunjukkan bahwa kebutuhan staf yang ideal meliputi 3 petugas di bagian registrasi rawat jalan, 2 di bagian registrasi rawat inap/IGD, 4 di bagian analisis, 5 di bagian pengkodean, 2 di bagian pengarsipan, dan 1 di bagian pelaporan. Kekurangan staf teridentifikasi di unit registrasi dan analisis rawat inap, sementara unit lain memenuhi atau bahkan melampaui kebutuhan. Ditemukan ketidakseimbangan dalam distribusi tugas, terutama dalam kasus di mana satu petugas menjalankan tugas di beberapa unit.</p> <p><strong>Kesimpulan:</strong> Implementasi sistem EMR telah menciptakan perubahan dalam distribusi beban kerja di antara petugas rekam medis. Metode ABK-Kes menyediakan dasar terstruktur untuk mengevaluasi kebutuhan staf. Evaluasi berkala dan perencanaan tenaga kerja yang strategis diperlukan untuk memastikan beban kerja yang seimbang dan peningkatan akurasi data dalam manajemen EMR.</p>Putri Rahmawati SujitnoMerlin Abd RahmanMoh Ichsan Arifin Antu
Hak Cipta (c) 2025 Putri Rahmawati Sujitno, Merlin Abd Rahman, Moh Ichsan Arifin Antu
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2025-07-202025-07-20629810710.60050/pwh.v6i2.98HUBUNGAN ANTARA DURASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA: STUDI DI KABUPATEN LAMONGAN
https://e-journal.shj.ac.id/ojs/index.php/PWH/article/view/102
<p><strong>Latar Belakang:</strong> Penggunaan media sosial secara terus menerus dapat mempengaruhi aktivitas remaja. Lamanya penggunaan media sosial juga mengakibatkan gangguan pada kualitas tidur.</p> <p><strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lamanya penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada remaja di Desa Banjargondang, Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan.</p> <p><strong>Metode:</strong> Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian di Desa Banjargondang, Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan diperoleh sampel sebanyak 48 responden dan menggunakan accidental Sampling. Alat pengumpulan data berupa skala penggunaan media sosial dan kuesioner PSQI serta analisis data menggunakan spearman rank.</p> <p><strong>Hasil:</strong> Hasil penelitian yang telah dilakukan pada remaja di Desa Banjargondang, Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki lamanya penggunaan media sosial (Aktif) dengan kualitas tidur (Buruk) yaitu sebanyak 30 responden (62,5%), dan hampir separuh responden yang memiliki lamanya penggunaan media sosial (Tidak Aktif) dengan kualitas tidur (Baik) yaitu sebanyak 18 responden (37,5%). Berdasarkan hasil uji spearmen rank, nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,001 < nilai p (0,05), yang berarti H1 diterima, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara durasi penggunaan media sosial dengan kualitas tidur.</p> <p><strong>Kesimpulan:</strong> Remaja diharapkan lebih bijak dalam menggunakan media sosial agar tidak menimbulkan ketergantungan terhadap penggunaan media sosial yang akan berdampak negatif pada kualitas tidur.</p>Fahrur RoziGurit Cokro AmisenoDwi Uswatun SholikhahNanang Bagus Sasmito
Hak Cipta (c) 2025 Fahrur Rozi, Gurit Cokro Amiseno, Dwi Uswatun Sholikhah, Nanang Bagus Sasmito
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2025-07-282025-07-286210811610.60050/pwh.v6i2.102PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SMA DI KECAMATAN TOSARI KABUPATEN PASURUAN (Pre-Ekspremental Study)
https://e-journal.shj.ac.id/ojs/index.php/PWH/article/view/95
<p><strong>Latar Belakang</strong>: Pendidikan kesehatan reproduksi seksual merupakan upaya krusial dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi.</p> <p><strong>Tujuan</strong>: Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi seksual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Tosari.</p> <p><strong>Metode</strong>: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain pra-eksperimental, dengan pendekatan one-group pretest-posttest. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2024. Sampel penelitian sebanyak 250 siswa kelas X, XI, dan XII yang diambil secara keseluruhan atau total populasi. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner yang mengukur tingkat pengetahuan dan sikap remaja sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan reproduksi. Analisis data menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengukur signifikansi perbedaan antara dua kelompok data, yaitu data pretest dan posttest, baik pada tingkat pengetahuan maupun sikap.</p> <p><strong>Hasil</strong>: Terdapat peningkatan signifikan tingkat pengetahuan (p < 0,05) dan perubahan positif pada sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi setelah intervensi. Studi ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi seksual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja.</p> <p><strong>Kesimpulan</strong>: Program pendidikan kesehatan reproduksi seksual perlu diintegrasikan lebih luas di sekolah sebagai bagian dari kurikulum untuk membantu remaja memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi mereka.</p>Arief FardiansyahNur SolichatiHenry SudiyantoMohammad Yusuf Alamudi
Hak Cipta (c) 2025 Arief Fardiansyah, Nur Solichati, Henry Sudiyanto, Mohammad Yusuf Alamudi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2025-07-292025-07-296211712910.60050/pwh.v6i2.95DISTRIBUSI SPASIAL KASUS DIARE: INTERAKSI ANTARA KEPADATAN PENDUDUK, SANITASI, DAN AKSESIBILITAS FASILITAS KESEHATAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2022-2023
https://e-journal.shj.ac.id/ojs/index.php/PWH/article/view/99
<p><strong>Latar Belakang</strong>: Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, terutama di daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dan akses sanitasi yang buruk. Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi kasus diare dengan jumlah kasus mencapai 205.155 pada tahun 2022 dan menurun menjadi 95.433 pada tahun 2023.</p> <p><strong>Tujuan</strong>: Penelitian ini bertujuan untuk memetakan distribusi spasial kasus diare di Provinsi Sumatera Utara tahun 2022-2023, dan menganalisis hubungannya dengan kepadatan penduduk, akses sanitasi yang layak, dan jumlah fasilitas kesehatan.</p> <p><strong>Metode</strong>: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain ekologi berbasis area dan metode analisis spasial menggunakan QGIS. Data sekunder dari BPS dianalisis menggunakan metode overlay untuk mengevaluasi hubungan antar variabel spasial.</p> <p><strong>Hasil</strong>: Distribusi kasus diare menunjukkan pola yang tidak merata. Pada tahun 2022, Kota Medan mencatat jumlah kasus tertinggi (40.126 kasus), sementara pada tahun 2023 bergeser ke Kabupaten Deli Serdang (16.108 kasus). Daerah dengan akses sanitasi rendah, seperti Kabupaten Nias Selatan, cenderung memiliki kasus yang tinggi. Lebih banyak fasilitas kesehatan tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat kasus yang lebih rendah.</p> <p><strong>Kesimpulan</strong>: Penyebaran kasus diare di Sumatera Utara dipengaruhi oleh kombinasi faktor lingkungan, bukan hanya kepadatan penduduk. Akses terhadap sanitasi dan efektivitas layanan kesehatan merupakan faktor penentu dalam pengendalian penyakit. Analisis spasial efektif dalam mengidentifikasi daerah berisiko untuk perencanaan intervensi kesehatan masyarakat.</p>Desy WidyastutiMulyanaVita Diah RivaniStefya Natasya Sari SinagaElyzabeth Arihta SinulinggaVierto Irennius Girsang
Hak Cipta (c) 2025 Desy Widyastuti, Mulyana, Vita Diah Rivani, Stefya Natasya Sari Sinaga, Elyzabeth Arihta Sinulingga, Vierto Irennius Girsang
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2025-07-292025-07-296213014010.60050/pwh.v6i2.99DISTRIBUSI SPASIAL HIV DAN FAKTOR LINGKUNGAN: STUDI TERHADAP KEPADATAN PENDUDUK, SANITASI LAYAK, DAN INFRASTRUKTUR KESEHATAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA
https://e-journal.shj.ac.id/ojs/index.php/PWH/article/view/101
<p><strong>Latar Belakang:</strong> Jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan peningkatan yang konsisten dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun kepadatan penduduk perkotaan sering dikaitkan dengan tingkat penularan yang lebih tinggi, distribusi spasial dan determinan lingkungan HIV di wilayah ini masih kurang dieksplorasi.</p> <p><strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi spasial kasus HIV di Provinsi Sumatera Utara dan mengkaji hubungannya dengan kepadatan penduduk, akses sanitasi yang layak, dan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan.</p> <p><strong>Metode:</strong> Desain ekologi kuantitatif digunakan dengan memanfaatkan data sekunder dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara untuk tahun 2022 dan 2023. Analisis deskriptif dan pemetaan tematik digunakan untuk memvisualisasikan hubungan antara kasus HIV, kepadatan penduduk, akses sanitasi, dan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan di seluruh kabupaten.</p> <p><strong>Hasil:</strong> Kota Medan mencatat jumlah kasus HIV tertinggi pada tahun 2022 (1.200 kasus) dan 2023 (1.800 kasus). Namun, kasus HIV juga ditemukan di kabupaten dengan kepadatan penduduk rendah dan infrastruktur terbatas, seperti Padangsidimpuan dan Pakpak Bharat. Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun wilayah perkotaan memiliki lebih banyak kasus yang dilaporkan, faktor perilaku dan kesadaran mungkin berkontribusi lebih signifikan terhadap penularan dibandingkan faktor geografis atau lingkungan saja.</p> <p><strong>Kesimpulan:</strong> Distribusi spasial HIV di Provinsi Sumatera Utara tidak semata-mata dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, akses sanitasi, atau jumlah fasilitas pelayanan kesehatan. Perilaku individu, keterbatasan literasi kesehatan, dan mekanisme deteksi dini yang tidak memadai berperan dominan dalam penyebaran HIV. Oleh karena itu, intervensi kesehatan masyarakat harus memprioritaskan edukasi perilaku dan pemerataan akses terhadap layanan kesehatan, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.</p>Rapael Septian PangaribuanArio Agantha SembiringZepanya Imanuel Perangin-anginIfin Niat Hati GuloVierto Irennius Girsang
Hak Cipta (c) 2025 Rapael Septian Pangaribuan, Ario Agantha Sembiring, Zepanya Imanuel Perangin-angin, Ifin Niat Hati Gulo, Vierto Irennius Girsang
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2025-07-312025-07-316214115110.60050/pwh.v6i2.101